Senin, 21 Januari 2008

Diskriminasi dan Pelecehan Perempuan

Oleh: Bunga K P

Gender Untungkan Perempuan??

Permasalahan tenaga kerja perempuan di Indonesia memang selalu marak di perbincangkan. Dari mulai upah yang relatif kecil sampai dengan jam kerja yang melebihi kapasitas. Ini seperti kerja rodi saja.
Manakala sorang suami atau keluarga yang merasa perekonomiannya tidak mencukupi, maka harus ada salah seorang anggota keluarga yang dikorbankan. Tak sedikit, akhirnya kaum perempuanlah yang harus “turun tangan”. Mending kalau mereka bisa mendapat kerjaan yang enak, malah kebanyakan perempuan yang masuk dunia kerja, sering mendapat pekerjaan yang paling susah di pabrik atau kantor, belum lagi dengan kerepotan urusan dapur dan rumah tangganya.
Selain itu, Perempuan yang menderita pelecehan seksual dan pemerkosaan, sekaligus dalam media massa dari pornografi sampai ke iklan biasa mereka digambarkan sebagai makhluk yang cantik atau sensual saja, sepertinya tidak mempunyai ciri yang lain. Namun ironisnya, jika perempuan berhubungan seks terlalu bebas, pasti dicap "tanpa susila". Kalau terjadi kecelakaan, susah mencari pengguguran yang masih dilarang di beberapa negeri, termasuk Indonesia.
Hampir sebagian perempuan mengalami masalah seperti ini. Bisa tingkat Artis sampai tingkat pengemis bahkan orang gila. Ya, pernah beberapa kali saya menemukan wanita hilang ingatan (orang gila) dalam keadaan perut membuncit alias hamil. Subhanallah...Betapa kejinya laki-laki berotak binatang tersebut, sampai orang gila pun ikut menjadi korban nafsu birahinya. Istilahnya, nasib orang gila tersebut, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Namun, pada siapa para orang gila tersebut harus mencari pertanggungjawaban?? Yang ada malah, mereka (rang gila tsb) bingung bagaimana melahirkan, mengurus sang bayi dan membesarkannya, wong mereka juga gak bisa ngurus dirinya sendiri!
Mungkin, penindasan tersebut dampaknya tidaklah sama kepada setiap perempuan. Meskipun di kalangan bisnis para eksekutif wanita masih merupakan minoritas, buat perempuan kaya toh ada cara untuk mengurangi beban ketertindasan yang tidak tersedia kepada perempuan miskin.
Yang mempunyai duit lebih mudah menghindari pelecehan seksual atau pemerkosaan dengan naik taksi pada malam hari, lebih mudah luput dari perkawinin tanpa cinta atau dari keganasan rumah tangga, Perempuan kaya malah mendapat untung dari penindasan kaum miskin. Upah rendah yang dibayar kepada TKW Indonesia yang menjadi pembantu rumah-tangga di Hong Kong, misalnya, membuat si majikan lebih kaya lagi. Makanya penindasan perempuan kelihatannya jauh berbeda jika dilihat dari rumah mewah dibandingkan dengan gubuk melarat.
Sudah dari dulu, adanya pertentangan kelas menjadi masalah untuk gerakan emansipasi perempuan. Di Inggris misalnya, gerakan feminis terpecah setelah Perang Dunia I. Sayap kiri yang dipimpin oleh Sylvia Pankhurst menjadi sosialis dan memperjuangkan hak-hak buruh perempuan di bilangan miskin kota London. Sedangkan di Indonesia, gerakan feminisme muncul dengan tindakannya mengurusi masalah yang berhubungan dengan kekerasan pada perempuan baik bagi para TKI atau perempuan di dalam negeri. Namun, kegiatan ini tidak terlalu nampak. Entah karena mereka bertindak di belakang atau tertutup, gak jelas.
Dari sini ada kesimpulan yang bisa ditarik:
Pertama, kalau disimak secara obyektif, penindasan perempuan bukan berasal dari kepentingan kebanyakan laki-laki. Sebaliknya, seorang buruh laki-laki pasti akan beruntung jika upah istrinya dinaikkan. Bila kaum buruh perempuan memperjuangkan gaji yang lebih tinggi, perjuangan tersebut akan memberikan semangat kepada para buruh laki-laki untuk ikut berjuang. Dalam konteks keluarga, kaum laki-laki juga tidak beruntung jika istri-istri mereka harus kerja sampai tenaga mereka terkuras..
Ada banyak laki-laki yang tidak melihat kenyataan ini, dan terus mengajukan prasangka-prasangka yang kolot. Tetapi ada juga banyak perempuan yang menerima prasangka-prasangka tersebut. Ini soal kesadaran, yang bisa berubah dalam konteks perjuangan sosial.
Lain halnya dengan kelas burjuis yang berkuasa (termasuk pemilik modal, pejabat tinggi, jendral-jendral dll, tetapi juga istri-istrinya). Mereka jelas beruntung dari penindasan perempuan rakyat kecil. Selama banyak wanita rakyat jelata bekerja habis-habisan dalam keluarga, para majikan terus mendapatkan tenaga kerja murah, baik dalam bentuk tenaga kerja pabrik/kantor, maupun dalam bentuk pembantu, tukang kebun dll yang begitu menggembirakan hati wanita kaya. Selama diskriminisi terhadap perempuan bertahan di tempat kerja, kaum buruh lebih sulit bersatu untuk memperjuangkan perbaikan nasib, maka kaum majikan beruntung lagi.
Kedua, strategi yang lazim dipakai oleh golongan feminis di barat, yang berusaha menyatukan semua perempuan melawan kaum laki-laki adalah salah. Meskipun banyak laki-laki dari rakyat kecil masih berprasangka buruk, tetapi keadaan obyektif memuat faktor-faktor yang dapat mendesak mereka untuk membela hak-hak perempuan. Di sisi yang lain, meskipun tidak sedikit perempuan kaya yang bersikap "feminis", tetapi situasi obyektif memuat banyak faktor yang mendorong mereka untuk mentolerir dan bahkan mengiyakan penindasan perempuan rakyat kecil.
Kaum sosialis menganut pembebasan perempuan. Kami bahkan menyokong reform-reform yang hanya meladeni kepentingan perempuan golongan atas dan golongan tengah. Namun pembebasan untuk massa perempuan kelas buruh dan rakyat kecil hanya mungkin bila mereka ikut serta dalam perjuangan kelas yang lebih luas.
Bila sebagai reaksi terhadap penindasan, golongon perempuan tertentu ingin mendirikan kelompok tersendiri di-mana laki-laki tidah boleh berpartisipasi, kami kelompok sosialis jelas membela hak mereka untuk melakukan itu। Tetapi kami menghimbau agar seluruh kelas buruh, dan semua rakyat kecil, bersatu dalam perjuangan melawan segala bentuk penindasan dan eksploitasi.






Resensi
Foto by Sigit Ariansyah



1 komentar:

Anonim mengatakan...

from : rupawan
yaaaa....itulah Indonesia, namanya juga Negara Berkembang. segala sesuatu tidak pada tempatnya, makanya negaranya berkembang terus tidak maju-maju....!HANYA DI INDONERSIA